JAKARTA – Banyak orang tua dan guru menghadapi tantangan yang sama: anak-anak sekolah yang tampak malas, tidak semangat belajar, atau sulit fokus. Menurut pengamat pendidikan, setidaknya ada lima penyebab umum anak menjadi malas sekolah:
1. Kurangnya motivasi internal – Anak belum menemukan alasan personal mengapa sekolah itu penting.
2. Metode pengajaran membosankan – Materi yang tidak kontekstual atau guru yang terlalu monoton bisa membuat anak kehilangan minat.
3. Kecanduan gawai – Penggunaan HP tanpa batas mempengaruhi konsentrasi dan waktu belajar.
4. Tekanan akademik – Terlalu banyak tugas atau ekspektasi tinggi bisa membuat anak menyerah.
5. Kurangnya dukungan emosional – Anak-anak butuh didengarkan, bukan hanya diarahkan.
Tips Mengatasi Anak Malas Sekolah
Untuk membantu anak mengatasi rasa malasnya, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan. Pertama, penting untuk membangun komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Ajak anak bicara tentang perasaan dan kesulitan yang mereka hadapi di sekolah tanpa menghakimi. Ini akan menciptakan suasana yang lebih nyaman bagi anak untuk berbagi cerita.
Kedua, buatlah jadwal belajar yang fleksibel tetapi tetap konsisten. Jadwal yang terlalu ketat bisa menambah beban mental anak, sedangkan jadwal yang terlalu longgar bisa membuat mereka kehilangan fokus. Libatkan anak dalam merencanakan waktu belajar agar mereka merasa memiliki kendali atas proses pendidikan mereka.
Selanjutnya, libatkan anak dalam aktivitas nyata yang berkaitan dengan pelajaran. Misalnya, jika mereka belajar tentang biologi, ajaklah mereka ke kebun binatang atau taman. Ini akan membuat pelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
Kurangi juga waktu layar (screen time) dan berikan alternatif kegiatan yang menyenangkan, seperti olahraga atau membaca buku. Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan semangat belajar anak. Di samping itu, sangat penting untuk memperkuat apresiasi dan pujian kepada anak, bukan hanya memberikan koreksi ketika mereka melakukan kesalahan.
Dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan empatik, diharapkan anak-anak bisa menemukan kembali semangat belajarnya. Mengatasi rasa malas bukan hanya tugas orang tua dan guru, tapi juga melibatkan anak untuk berkomitmen pada pendidikan mereka sendiri.

