www.nalarberita.id – BOGOR,- Penggunaan dana desa dalam proyek pembangunan jalan lingkungan (Jaling) RT 01/02 Desa Kemang menimbulkan sejumlah pertanyaan. Hal ini terkait dengan variasi lebar dan ketebalan jalan yang tampak tidak beraturan, menciptakan keraguan di kalangan masyarakat.
Dalam penjelasan yang diberikan oleh Sekretaris Desa, Rahmat, proyek Jaling ini memiliki panjang sekitar 300 meter. Lebar jalan yang dikerjakan dinyatakan bervariasi, dan ketebalan rata-ratanya adalah antara 7-10 centimeter. Temuan ini menunjukkan bahwa standar pengerjaan yang mungkin diterapkan tidak konsisten, memicu diskusi di kalangan warga mengenai kualitas proyek.
Variasi Lebar dan Ketebalan Jalan Lingkungan
Kondisi jalan yang tidak seragam dapat menjadi masalah bagi pengguna, terutama dalam hal daya tahan dan kenyamanan. Ketebalan jalan yang bervariasi dapat menyebabkan kerusakan lebih cepat dan membuat jalan sulit dilalui saat cuaca buruk. Dalam penjelasan lebih lanjut, Rahmat menjelaskan bahwa proyek Jaling tidak menggunakan plastik cor, yang biasanya dianggap perlu untuk meningkatkan kualitas beton.
Masyarakat di desa itu pun mengungkapkan kekhawatiran akan kualitas jalan yang mereka gunakan. Mereka mencatat bahwa sebelum pengocoran, terdapat bagian yang masih berupa tanah dan ada pula yang telah dikerjakan oleh warga. Rahmat menjelaskan bahwa, meskipun tidak menggunakan plastik cor, campuran beton yang dipakai seharusnya sudah teruji. Di sisi lain, mengandalkan pengalaman sebelumnya tanpa pengujian menunjukkan bahwa ada potensi risiko yang harus diperhatikan.
Proses Pengerjaan dan Implikasi Lingkungan
Pengerjaan yang dilakukan di saat cuaca hujan sering kali tidak dianjurkan, karena dapat mengurangi kualitas hasil pengecoran. Rahmat mengakui bahwa kondisi hujan mempengaruhi proses pengerjaan proyek dan menambahkan bahwa, meskipun tidak ideal, mereka harus melanjutkan pekerjaan agar tidak mengalami risiko lebih lanjut, seperti pembekuan bahan campuran. Hal ini memunculkan suatu dilema—antara menyelesaikan proyek tepat waktu dan memastikan kualitas jalan yang dibuat.
Papan informasi yang masih belum terpasang menjadi indikasi kurangnya transparansi. Rahmat menjelaskan bahwa biasanya papan informasi dipasang, namun situasi cuaca yang ekstrem menghalangi proses tersebut. Minimnya informasi mengenai proyek di lapangan dapat mengarah pada kecurigaan dari masyarakat dan menciptakan ketidakpuasan terhadap pengelolaan dana desa.
Sekali lagi, masalah kualitas proyek dan transparansi informasi menunjukkan betapa pentingnya keterlibatan masyarakat dalam setiap tahap pembangunan. Dalam menghadapi tantangan seperti ini, komunikasi yang baik antara pemerintah desa dengan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan hasil yang memuaskan semua pihak.
Secara keseluruhan, proyek jalan lingkungan di Desa Kemang menunjukkan betapa kompleksnya penggunaan dana desa dalam pembangunan infrastruktur. Hal ini menjadi pelajaran berharga tentang perlunya perhatian lebih pada standar dan kualitas dalam pengerjaan jalan, serta pentingnya komunikasi yang transparan untuk menjaga kepercayaan publik.
(Adr/red)