Istimewa
Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, peran pemuda sangatlah krusial. Mereka bukan hanya penerus, tetapi juga agen perubahan yang mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Salah satu contoh inspiratif datang dari seorang pemuda bernama Marselinus Nani Bulu, S.Pd, yang bertekad untuk memperbaiki keadaan di desanya melalui pertanian.
Marselinus, yang akrab disapa Linus, adalah seorang sarjana yang lulus dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Weetebula. Aktif di organisasi mahasiswa, ia menerapkan semangat kepemimpinan yang sama dalam dalam aktivitas kelahan. Peluang untuk memajukan desa membuka lebar, dan dia ingin memanfaatkannya secara optimal.
Membangun Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Pemuda
Dari desa Lua Koba di Kecamatan Wewewa Barat, Linus menunjukkan bahwa gelar akademik saja tidak cukup. “Gelar bukan ukuran kemajuan, tetapi bagaimana kita bisa bermanfaat untuk masyarakat,” ujarnya dengan tegas. Sebagai petani porang, ia mengelola lahan seluas lima hektar untuk menanam berbagai tanaman seperti jagung dan sayuran. Ini bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebuah panggilan hati bagi Linus.
Kegiatan bertani yang dilakukan Linus bersifat produktif dan berkelanjutan. Ia melihat potensi pertanian sebagai salah satu solusi dalam menghadapi tantangan ekonomi. Dengan berbagi pengetahuan kepada pemuda di sekitarnya, Linus ingin mengajak mereka untuk bertani, dan membuktikan bahwa bekerja di lapangan juga bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Menciptakan Peluang Melalui Pertanian Berkelanjutan
Tanaman porang memiliki nilai jual yang baik, meskipun tantangan tetap ada. Walaupun harga porang di desanya mencapai Rp 4.000 per kg, di kota harganya mencapai Rp 5.000 per kg. Namun, perjalanan dari kebun ke pasar seringkali terhambat karena kondisi infrastruktur yang kurang memadai. Hal ini menjadi salah satu alasan Linus dan para petani setempat meminta perhatian dari pemerintah untuk memperbaiki akses jalan.
Linus juga menggambarkan bagaimana ketidakstabilan harga dapat mempengaruhi para petani. Untuk itu, ia berusaha agar petani di desanya bekerja sama dalam kelompok tani, guna mengoptimalkan distribusi dan memperkuat posisi mereka di pasar. “Kami akan lebih kuat jika bersatu,” ungkapnya dengan semangat. Melalui kolaborasi, mereka dapat berbagi sumber daya dan saling mendukung dalam memberdayakan komunitas mereka.
Lebih dari sekadar keberhasilan pribadi, proyek ini menginspirasi pemuda lain untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan desa. Harapan Linus adalah agar pemuda menjadi agen perubahan. “Kita harus keluar dari zona nyaman dan berkontribusi untuk kemajuan desa,” tegasnya. Aktivitas yang dilakukan Linus tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga membangkitkan semangat solidaritas di antara pemuda.
Dengan dukungan dari masyarakat sekitar, Linus berharap dapat membentuk kelompok tani di desanya. Banyak yang memberi apresiasi terhadap upaya ini, termasuk warga setempat yang menyatakan, “Dukungan untuk pemuda yang melakukan hal positif adalah sebuah keharusan!” Ini menunjukkan bahwa masyarakat siap berkolaborasi demi tujuan bersama.
Di sisi lain, tantangan seperti kurangnya akses terhadap peralatan dan infrastruktur yang memadai menjadi penghambat. Namun, ketekunan dan semangat juang para pemuda di desa ini patut menjadi teladan. Sebagai generasi penerus, mereka diharapkan bisa membawa perubahaan positif dan pencapaian lebih jauh di bidang pertanian dan pembangunan sosial.