Taman Bacaan Masyarakat Lentera Pustaka,(Foto: BJN)
Di tengah kemajuan teknologi dan maraknya permainan digital, keberadaan Taman Bacaan Masyarakat atau TBM menjadi sebuah oasis bagi anak-anak. TBM Lentera Pustaka di Bogor, yang beroperasi dari hari Jumat hingga Minggu, juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk membaca setiap Rabu sore. Dalam sesi “jam baca” yang dimulai dari pukul 15.00 hingga 17.30 WIB, sekitar 70 anak dari tiga desa, yaitu Sukaluyu, Tamansari, dan Sinarwangi, berkumpul untuk menikmati buku. Sebagian besar dari mereka berjalan kaki selama 20 hingga 30 menit untuk sampai ke lokasi, menunjukkan ketekunan dan semangat mereka.
Menariknya, di tengah banyaknya anak-anak yang lebih memilih gawai dan permainan online, kehadiran anak-anak yang membaca di kaki Gunung Salak merupakan pemandangan yang langka namun indah. Di saat dunia semakin terfokus pada sisi digital, tradisi membaca seolah memudar. Namun, Taman Bacaan ini hadir untuk membangkitkan kembali semangat tersebut.
Peran Taman Bacaan dalam Membangkitkan Minat Baca
Taman Bacaan Masyarakat Lentera Pustaka memiliki peran sentral dalam memupuk kebiasaan membaca di kalangan anak-anak. Melalui program-program menarik, TBM ini berupaya mengubah pandangan anak-anak tentang membaca. Kepala Program, Syarifudin Yunus, menekankan pentingnya pendidikan dan literasi. Dengan mendorong anak-anak untuk membaca, mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga memperluas wawasan serta meningkatkan kemampuan berbahasa.
Data menunjukkan bahwa untuk setiap buku yang dibaca, anak-anak dapat memperkaya kosakata mereka, yang pada gilirannya memberikan kepercayaan diri dalam berinteraksi. Di masa pandemi seperti sekarang, di mana pembelajaran jarak jauh menjadi norma, membaca buku menawarkan kesempatan untuk tetap terhubung dengan dunia luar dan melatih imajinasi mereka. Tradisi yang sudah mulai pudar ini dapat dihidupkan kembali dengan dukungan dari masyarakat dan pemerintah.
Membangun Masa Depan Melalui Literasi
TBM Lentera Pustaka tidak hanya berfokus pada aktivitas membaca, tetapi juga berupaya untuk menekan tingkat putus sekolah di daerah tersebut. Dengan tingkat pendidikan yang masih rendah, di mana sebagian besar masyarakat hanya menempuh pendidikan hingga Sekolah Dasar, upaya memperkenalkan kebiasaan membaca menjadi hal yang mendesak. Dengan membiasakan anak-anak membaca hingga 5-8 buku seminggu, TBM ini membuktikan bahwa kegiatan ini dapat membuka jendela dunia yang lebih luas bagi mereka.
Konsep yang diusung adalah “TBM Edutainment” yang menggabungkan pendidikan dengan kebahagiaan dalam membaca. Dari membaca bersuara, senam literasi, hingga event bulanan yang melibatkan tamu dan jajanan kampung gratis, semua ini dilaksanakan untuk menjaga semangat belajar anak-anak. Membangun suasana yang menyenangkan dan mendidik sangat penting agar anak-anak merasa senang dalam membaca.
Upaya ini, diharapkan dapat terus berlanjut, tidak hanya dari TBM tetapi juga dari seluruh elemen masyarakat. Sebab, masa depan generasi penerus bangsa sangat bergantung pada pendidikan dan kebiasaan membaca. Mari kita dukung setiap langkah kecil ini dan ikut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan minat baca di kalangan anak-anak. Membaca adalah jendela dunia, dan harus menjadi tradisi yang terus kita pelihara.
Jurnalis: Nurlaela
Editor: Redaksi