Jakarta – Desember 2024 diprediksi menjadi bulan dengan curah hujan tertinggi di Jakarta, meningkatnya ancaman banjir yang sering melumpuhkan ibukota. Pengamat sosial dan lingkungan mengungkapkan bahwa tantangan ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan solusi sementara, melainkan memerlukan pendekatan strategis untuk jangka panjang.
“Curah hujan tinggi sudah menjadi pola tahunan di Jakarta. Setiap tahun kita dihadapkan pada masalah yang sama, terutama karena minimnya investasi pada solusi jangka panjang, seperti pengelolaan air dan tata ruang yang berkelanjutan,” jelas pengamat tersebut. Hal ini menciptakan pertanyaan: apa langkah konkret yang seharusnya diambil untuk menanggulangi masalah berulang ini?
Pentingnya Sistem Drainase yang Efektif
Sistem drainase di Jakarta masih jauh dari ideal untuk mengelola volume air hujan yang besar. Dengan pesatnya pembangunan yang mengabaikan fungsi ruang hijau, kota ini semakin rentan terhadap bencana banjir. Ruang hijau seperti hutan kota dan taman air memiliki peranan penting dalam menyerap air hujan. Menurut data, kota-kota dengan tingkat ketahanan lingkungan yang baik mampu mengurangi risiko banjir secara signifikan.
Pengamat juga menunjukkan bahwa tanpa perhatian serius terhadap inovasi dalam sistem pengelolaan air, Jakarta akan terus mengalami masalah ini. Misalnya, Revitalisasi waduk dan kanal sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas penampungan air. Selain itu, penerapan teknologi modern dalam sistem pengelolaan air terpadu sangat penting sebagai langkah alternatif untuk mengalirkan air hujan ke area penampungan tanpa menyebabkan banjir di permukiman.
Strategi Berkelanjutan dan Partisipasi Masyarakat
Agar Jakarta bisa menangani masalah banjir, masyarakat juga perlu berperan aktif dalam mengurangi risiko. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan bisa dimulai dari hal-hal kecil. “Hal sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan bisa berdampak besar pada sistem drainase kota,” tambahnya.
Di sisi lain, langkah-langkah jangka panjang harus dipersiapkan. Peningkatan ruang terbuka hijau menjadi kunci penting dalam membantu proses penyerapan air. Investasi dalam pengembangan infrastruktur ramah lingkungan adalah langkah proaktif yang bisa diambil oleh pemerintah dan masyarakat untuk merawat lingkungan yang lebih berkelanjutan.
“Jika langkah-langkah antisipasi dilakukan dengan baik, kita bisa mengurangi dampak banjir secara signifikan. Namun, jika masih mengandalkan solusi instan, kita hanya akan mengulang kesalahan yang sama,” tegasnya. Dengan demikian, Desember 2024 akan menjadi ujian penting bagi Jakarta, khususnya dalam menunjukkan kemampuan beradaptasi terhadap cuaca ekstrem.
Dengan ancaman curah hujan tinggi yang semakin dekat, Jakarta perlu memanfaatkan momentum ini untuk memulai transformasi nyata dalam pengelolaan lingkungan dan tata kota. Bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk menjadi kota yang lebih tangguh di masa depan.