Pengurus DPC-PGSI Bogor Raya,(Foto.Portaltujuh.net/Red)
BOGOR – Di akhir tahun 2020, Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Guru Seluruh Indonesia (DPC-PGSI) Bogor Raya mengadakan acara silaturahmi sekaligus pengukuhan struktur organisasi. Acara ini berlangsung di SMK Galileo Sentul, Kabupaten Bogor, pada hari Minggu, 15 November.
Pada kesempatan tersebut, Kurnia Rosanawati, S.Pd dan Misda Helyawati, S.Ag, yang merupakan perwakilan dari Dewan Pimpinan Pusat, hadir untuk meresmikan pengukuhan DPC-PGSI Bogor Raya. Acara ini menjadi momentum penting bagi para guru di wilayah tersebut untuk bersatu dan berkolaborasi dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
Struktur Organisasi dan Kepengurusan DPC-PGSI Bogor Raya
Pengukuhan DPC-PGSI Bogor Raya melahirkan struktur organisasi yang beragam, dari pembina hingga departemen yang bertugas. Pembina DPC-PGSI terdiri dari dua nama, yakni Misda Helyawati, S.Ag dan Kurnia Rosanawati, S.Pd. Selain itu, ada penasihat yang membantu memberikan arahan kepada organisasi ini.
Ketua umum yang terpilih, Anto Putrawan, S.Pd, memimpin beberapa ketua sub-bidang yang menangani berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari SMA/SMK/MA hingga PAUD/TK/RA. Struktur ini menunjukkan adanya perhatian terhadap berbagai aspek pendidikan dan upaya untuk meningkatkan kualitas pengajaran serta kesejahteraan para guru.
Visi dan Misi DPC-PGSI sebagai Pilar Pendidikan
DPC-PGSI Bogor Raya memiliki visi untuk mewujudkan guru profesional yang demokratis dan berkeadilan, mengedepankan hak asasi manusia. Dalam upayanya mencapai visi tersebut, terdapat misi yang jelas, antara lain meningkatkan profesionalitas serta kesejahteraan guru, mengedukasi dengan teknologi, dan memberikan bantuan sosial kemanusiaan.
Bukan hanya itu, tujuan yang diusung oleh DPC-PGSI juga sangat strategis, seperti memperjuangkan hak-hak guru, memberikan advokasi kepada anggota, dan meningkatkan peran serta guru dalam pembuatan kebijakan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa DPC-PGSI tidak hanya berfokus pada kepentingan guru, tetapi juga terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.
Dalam sambutannya, Anto Putrawan menekankan pentingnya peran guru dalam mencetak generasi penerus yang berkualitas. Ia menyampaikan tantangan yang dihadapi oleh para guru, terutama guru honor dan guru swasta, yang seringkali tidak mendapatkan perlakuan yang adil. Kesenjangan hak dan kewajiban antara guru tetap menjadi isu yang harus diperjuangkan agar setiap guru memperoleh hak yang sesuai dengan pengabdian mereka.
Kalimat-kalimat yang sering terdengar di kalangan guru seperti “guru adalah pahlawan tanpa jasa” dan “guru harus bekerja ikhlas” menunjukkan adanya stigmasigma yang melekat. Anto pun mempertanyakan sejauh mana makna dari kalimat tersebut mempengaruhi psikologi guru-guru di lapangan. Kesadaran untuk mendobrak batasan-batasan tersebut sangat diperlukan agar guru dapat berperan lebih aktif dalam advokasi terhadap hak-hak mereka.
Anto Putrawan mengajak semua guru untuk tidak tinggal diam dan menerima keadaan yang ada. “Sudah saatnya bagi kita untuk menyadari dan melepaskan diri dari doktrin yang mungkin telah mengikat selama ini,” imbuhnya. Dengan kebersamaan dan sinergi, diharapkan para guru dapat memperoleh pengakuan yang semestinya serta meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air.
Dalam penutupan, Anto menekankan bahwa pencapaian yang besar hanya dapat diwujudkan melalui kerja sama. Setiap guru diharapkan mampu memberikan peran yang lebih aktif dan berongo dalam perubahan, tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Dengan komitmen yang kuat dan kolaborasi yang baik, masa depan pendidikan akan semakin cerah.
Editor: Redaksi